Saturday, August 18, 2012

hukum ulama ceramah dengan melawak

Apa Hukumnya Ulama-Ulama Yang Berceramah Dengan Melawak, Menjelekkan Orang Lain, Mencaci Maki Orang Lain?

oleh Majelis Rasulullah SAW Jatiwaringin

Seorang Da'i tidak sepantasnya ceramah menghina orang lain, seandainya orang yg dihina itu adalah orang yg berbahaya bagi ummat, maka bolehlah ia menyinggung perbuatannya tanpa menyebut namanya, demikian ajaran Rasul saw.

Mengenai ceramah para Da'i kita masa kini memang banyak yg perlu dibenahi, seperti melawak dan terbahak bahak di masjid, bicara yg asusila di mimbar dlsb.
kita doakan agar Allah melimpahkan hidayah kepada para Da'i kita khususnya di wilayah Jakarta dan umumnya di barat dan timur.

^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^

Tertawa dengan suara keras adalah hal yg dimurkai Allah swt
Rasul saw adalah yg paling banyak tertawa, namun tertawa beliau saw adalah tanpa suara, yaitu merupakan senyum lebar yg sangat cerah namun tidak bersuara, apalagi terbahak bahak, sebagaimana riwayat Anas ra, ”Bahwa seseorang berbicara membalik penafsiran, dan berucap dengan ucapan ucapan konyol, menyebabkan tertawa keras, maka ia akan tersungkur di neraka jahannam selama 70 tahun, dan berkata Imam Nawawi bahwa banyak tertawa adalah penyebab gelap dan kerasnya hati (Faidhulqadir Juz 4 hal.259).

Rasul saw membenci tertawa terbahak bahak, sebagaimana hadits Rasul saw bahwa ”Barangsiapa yg terbahak-bahak dalam shalatnya maka ia mengulang wudhunya dan shalatnya, maka menurut madzhab Hanafi tertawa Terbahak bahak membatalkan wudhu. (Faidhulqadir Juz 4 hal.259)


Berkata pula Ali bin Husein ra “Barangsiapa yg tertawa terbahak bahak, maka runtuhlah sebagian dari ilmunya (Kitab Sunan Addarimiy no.583). dan masih banyak lagi riwayat mengenai hal ini,

Namun sebagian para Da’I di negeri kita menganggap tertawa saat menyampaikan ceramah merupakan suatu cara agar masyarakat awam asyik dg pembahasan, asyik dg syariah, dan mereka bermaksud agar hadirin tidak mengantuk, dan dipakailah hal hal yg lucu untuk menarik perhatian orang yg belum menyukai majelis taklim.

Secara pribadi saya tidak setuju, karena menarik perhatian muslimin tidak perlu dg tawa terbahak bahak, cukuplah badut di tv tv, tak pantas pula terbahak bahak di majelis taklim, sebab tak pantas bagi orang muslim yg berakal untuk menjadikan ayat ayat Alqur’an sebagai bahan lelucon, dan terlebih lagi di masjid masjid, namun barangkali boleh boleh saja menjadikan sedikit lelucon untuk melebur ketegangan,


Namun tak sepantasnya dengan tawa terbahak bahak, apalagi berkelanjutan, namun sebagian muslimin sudah keasyikan dengan mengundang Da’I yg sekaligus badut, walaupun ia Habib atau kyai, ia tetap dalam kesalahan yg fatal bila menjadikan Alqur’an sebagai bahan badut, dan lebih mnyedihkan lagi adalah majelis taklim yg setiap minggunya merupakan medan tawa terbahak bahak,

Naudzubillah dari keadaan muslimin yg seperti ini, maka bagi kita untuk saling mengingatkan agar tak menjadikan masjid masjid kita sebagai majelis tawa dan lelucon.


Habib Munzir Al-Musawa




sumber

0 comments:

Post a Comment